Kamis, April 22, 2010

Seputar Pupuk Hayati

1.Apakah Pupuk Hayati itu ?

Pupuk Hayati adalah nama kolektif untuk semua kelompok mikroba tanah-bakteri, cendawan, mikoriza-sebagai penyedia hara dalam tanah. Intinya pupuk hayati adalah biang hara berbahan organisme hidup yang berfungsi bagi tanaman. Dapat diartikan juga sebagai pupuk yang berisi beragam mikroba yang bermanfaat untuk tanaman, cara kerja pupuk ini adalah dengan menyemprotkan pupuk yang berisi mikroba tadi ke perakaran tanaman (biasanya dekat pangkal batang), mikroba tadi akan membantu menyediakan unsur yang diperlukan tanaman dengan melarutkan unsur dalam tanah sehingga dapat diserap tanaman, ada pula yang berfungsi membantu dekomposisi bahan organik, bahkan ada yang berfungsi sebagai bio pestisida, karena itulah penggunaan pupuk hayati ini dapat mengurangi penggunaan pupuk anorganik.

2.Apa saja Mikroorganisme yang bermanfaat untuk pertanian ?

Acetobacter sp, penghasil vitamin dan fitohormon (ZPT) yang dibutuhkan tanaman.
Actinomycetes sp,
Aeromonas puncata,
Alcaligenes sp,
Aspergillus niger, pelarut phospat
Azospirillum lipoverum, penambat N, pelarut P, penghasil vitamin dan fitohormon (ZPT) yang dibutuhkan tanaman
Azotobacter beijerinckii, penambat N, pelarut P, penghasil vitamin dan fitohormon (ZPT) yang dibutuhkan tanaman
Bacillus cereus, pelarut phospat
Bacillus megatherium, pelarut phosphat dari ikatan phospor dengan mineral liat
Bacillus mojavensis, bersama Streptomyces meningkatkan kemampuan tanah memegang air dan hara
Bacillus penetrans, biasa nempel di kutikula larva, betina, dewasa, telur Meloidogyne incognita (penyebab puru akar pada tanaman tomat, kubis, buncis, dan kentang).
Bacillus polymyxa, pelarut phospat.
Bacillus subtilis, pelarut phospat
Bacillus thuringiensis, menginfeksi hama melalui kulit tubuhnya
Beauveria bassiana, mengatasi hama walang sangit, wereng coklat, kutu
Bradyrizobium sp,
Flavobacterium sp, pelarut phospat
Gliocadium sp, mengatasi penyakit tular tanah (Phytium sp)
Glomus agregatum, menaikkan produksi bawang merah
Lactobacillus sp, penghasil enzim selulosa yang membantu penguraian bahan organik.
Metharizium anisopliae, jamur menginfeksi hama melalui kulit tubuhnya
Methylobacterium sp, penghasil vitamin dan fitohormon (ZPT) yang dibutuhkan tanaman.
Nitrosococcus sp, mengubah amonia menjadi N yg dpt diserap tanaman (NH4+ & NO3‾)
Nitrosomonas sp, mengubah amonia menjadi N yg dpt diserap tanaman (NH4+ & NO3‾)
Penicillium sp, pelarut phospat dari ikatan phospor dengan mineral liat
Pseudomonas fluorescens, mengatasi penyakit tular tanah (Phytium sp).
Pseudomonas striata, pelarut phospat, penghasil vitamin dan fitohormon (ZPT) yang dibutuhkan tanaman
Rizobium sp, menambat N setelah menginfeksi akar tanaman (simbiotik), menaikkan produksi kedelai
Saccaromyces sp, perombak selulosa
Serratia sp, penghasil vitamin dan fitohormon (ZPT) yang dibutuhkan tanaman
Streptomyces sp, bersama Bacillus mojavensis meningkatkan kemampuan tanah memegang air dan hara
Thiobacillus sp,
Tricoderma harzianum, mencegah cendawan patogen seperti Plasmodiophora brassicae (akar gada) dan Fusarium sp menyebar di sekitar tanaman
Vertisillium sp, pelindung tanaman dari hama kutu putih


3.Bagaimana cara kerja Bakteri Penambat Nitrogen ?
- Non Simbiotik,
Bakteri memakan C dlm tanah sbg energi dan menghasilkan enzim nitrogenase, N dr udara diikat enzim nitrogenase dan dirubah menjadi amonia (Azospirillum & Azotobacter). Amonia dirubah menjadi N yg dpt diserap tanaman yaitu NH4+ & NO3‾ (Nitrosococcus & Nitrosomonas)
- Simbiotik
Bakteri menginfeksi akar tanaman terlebih dahulu, bakteri memakan C dlm tanah sbg energi dan menghasilkan enzim nitrogenase, N dr udara diikat enzim nitrogenase dan dirubah menjadi amonia (Rizobium)


4.Bagaimana cara kerja Bakteri Pelarut Phospat ?
- Melepas Asam organik
Bakteri pelarut fosfat melepas sejumlah asam organik berbobot molekul rendah seperti oksalat, suksinat, tartarat, sitrat, dan laktat. Berikutnya asam-asam organik itu bereaksi dengan pengikat fosfat seperti aluminium, besi, kalsium, dan magnesium. Asam organik mendesak pengikat itu sehingga fosfat terlepas dan mudah diserap tanaman,
- Melepas Enzim
Bakteri pelarut fosfat melepas enzim fosfatase dan fitase. Fosfatase melepas P yang terikat unsur anorganik (Ca dan Al) dan fitase melepas P yang terikat pada bahan organik. Bakteri pelarut P umumnya juga mampu melarutkan kalium (K) dalam tanah yang terdapat pada mineral tanah.


5.Bagaimana membuat pupuk hayati sendiri ?
a. Pupuk Cair
1. Siapkan bahan baku (100 kg kotoran ternak)
2. Siapkan mikroba yang akan digunakan (azospirillum, azotobacter, dan trichoderma), sebanyak 0,5% untuk masing2 jenis mikroba, boleh juga digunakan mikroba jenis lain.
3. Tambahkan 20% air.
4. Campur semua bahan itu dalam drum dan digaduk hingga tercampur rata. Setelah itu drum ditutup rapat dan disimpan di tempat teduh selama 21 hari.
5. Setiap 3 hari, ia mengecek suhu larutan. Suhu dijaga pada 27-30oC supaya mikroba tidak mati kepanasan.
6. Jika suhu melebihi 30oC, turunkan dengan mengaduk dan menambahkan air secukupnya.
7. Proses pembuatan selesai bila cairan dalam drum tidak berbau, warna hitam kental, dan suhu stabil 27oC. Itu dicapai pada 21 hari kemudian.
8. Saring cairan nutrisi untuk memisahkan cairan dan sisa-sisa kotoran.
9. Pupuk hayati hasil saringan itu siap digunakan. Encerkan 1 ltr pupuk cair, dalam 10-20 liter air bersih. Hasil pengenceran itulah yang ia gunakan sebagai penyubur dengan cara dikocorkan ke tanah dekat pangkal batang beragam sayuran itu.

b. Pupuk Padat
1. Siapkan bahan baku dengan memanfaatkan limbah rumah tangga, jerami, serbuk gergaji, dan kotoran ternak, dengan perbandingan 1 :1.
2. Susun semua bahan baku itu seperti kue lapis masing-masing setinggi 30 cm. Di antara 2 bahan itu disemprotkan cairan mikroba berdosis 0,5% secara merata di atasnya.
3. Proses pembuatan pupuk hayati padat juga berlangsung selama 3 pekan.
4. Aduk tumpukan setiap 3 hari, untuk menjaga suhu 27-30ºC.
5. Setelah 21 hari semua bahan baku berubah warna menjadi hitam dan remah, berarti proses pembuatan pupuk hayati berhasil dan siap pakai.

c. Pupuk Hayati dr Akar
1. Buat larutan nutrisi dengan cara melarutkan 100 g gula merah, gula pasir, atau molase ke dalam 1 liter air.
2. Tumbuk15 g akar beragam tumbuhan dan masukkan ke dalam larutan nutrisi.
3. Tambahkan 5 g tanah subur dan 5 g kompos.
4. Campur semua bahan itu dalam drum atau ember yang memiliki pompa sirkulasi.
5. Peram selama 2 hari, cairan dalam drum sudah bisa digunakan sebagai starter.
6. 10% starter dibiakkan kembali dalam 2,5-5% larutan nutrisi. Tambahkan juga 10% bahan hijauan yang sudah dihancurkan.
7. Fermentasi selama 5 hari. Selama proses fermentasi sesekali cairan dalam drum diaduk. Setelah itu pupuk hayati siap digunakan.
8. Encerkan larutan itu, 1 liter pupuk dengan 10-50 liter air. Hasil pengenceran itulah yang digunakan sebagai penyubur

6. Bagaimana cara mengetahui mutu & umur kadaluarsa pupuk hayati ?
1. Bila botol pupuk hayati menggembung indikasi mutu buruk. Itu karena karbondioksida (CO2) hasil respirasi mikroba. Sebab, mikroba di dalam pupuk hayati tetap hidup. Di sisi lain jumlah oksigen di dalam botol terbatas. Ketika karbondioksida mendominasi, mikroba terpaksa memakannya sebagai pengganti oksigen. Akibatnya sifat dan faedah mikroba bagi tanaman berubah.
2. Oleslan cairan atau granular pupuk hayati ke permukaan umbi kentang terbelah. Dua hari berselang, muncul hifa alias benang halus berwarna hijau di umbi kentang. Hifa organ cendawan seperti Trichoderma sp lain yang berperan seperti akar untuk perlekatan sekaligus berkembang biak.
3. Uji dengan kentang juga dapat digunakan untuk pupuk mikroba dari kelompok bakteri. Bakteri biasanya meninggalkan jejak berupa lendir bening di atas permukaan umbi kentang. Lendir itu merupakan 'eksudat'bakteri. Sedangkan pupuk hayati yang mengandung mikoriza akan menghasilkan hifa alias benang halus berwarna putih.

Pembuatan Gula Cair dari Tapioka

A. Alat :
1.Mesin Gelatinisasi
2.Saringan
3.Tabung Penukar Ion
4.Evaporator

B. Bahan :
1.Tepung Tapioka
2.Air
3.Enzim α-Amilase
4.Enzim Amiloglukosidase
5.Natrium Hidroksida (NaOH)
6.Asam Klorida (HCl)
7.Arang aktif


C. Cara Kerja :

1.Tahap Likuifikasi :
a.Larutkan tapioka dalam air dengan perbandingan 1 : 3 dan diaduk rata.
b.Panaskan pada suhu 95-105°C dan tambahkan 0,8 ml enzim α-Amilase/kg pati sembari diaduk rata.Pertahankan tingkat keasaman pada pH 6,2–6,4, caranya dengan menambahkan Natrium Hidroksida (NaOH) atau Kalsium Klorida (CaCl2).
c.Setelah 60 menit pemanasan, dinginkan larutan hingga bersuhu 60°C. Untuk memastikan pati telah terdegradasi menjadi dextrin dilakukan uji Iod dengan meneteskan Iodium pada sampel bahan. Bila Iodium berwarna coklat berarti semua pati telah berubah menjadi dextrin.

2.Tahap Sakarifikasi :
a. Setelah dingin hingga suhu 60°C, tambahkan 0,8 ml enzim Amiloglukosidase/kg pati. PH diatur 4–4,6 dengan menambahkan asam klorida (HCl) ke dalam larutan pati.
b. Diamkan larutan selama 76 jam hingga menjadi cairan gula.

3.Tahap Pemucatan & Penyaringan :
a. Tambahkan 0,5 – 1% arang aktif/kg pati untuk mengikat, menggumpalkan dan mengendapkan kotoran-kotoran serta menghentikan aktifitas enzim (tahap pemucatan).
b. Saring larutan untuk memisahkan gula cari dengan karbon aktif dan endapan kotoran. Penyaringan bertujuan untuk mendapatkan gula cair dengan tingkat kejernihan 93%.
c. Bila belum tercapai ulangi lagi pemucatan dan penyaringan tersebut.
d. Alirkan gula cair melewati tabung berisi penukar ion, untuk mengikat dan memisahkan ion-ion logam dan kotoran terlarut dalam gula cair. Tabung penukar ion terdiri atas 3 tabung, masing-masing berisi resin kation,anion, dan campuran anion & kation.

4.Tahap Evaporasi :
a. Masukkan gula cair dalam evaporator untuk menaikkan kemurnian gula. Proses ini berlangsung pada suhu 50-60°C.
b. Evaporasi selesai ketika gula cair berhenti menetes dari pipa evaporator. Dengan pemurnian tersebut kadar kemanisan gula cair meningkat dari 30-36° briks menjadi 60-80° briks.

Pembuatan Dextrin dari Tepung Tapioka (Metode Hidrolisis Basah)

A. Alat yang diperlukan :
1.Mesin Gelatinisasi (alat berdiameter 78 cm dan tinggi 2 mtr dengan kaki)
2.Mesin Hidrolisis
3.Mesin Evaporator
4.Mesin Pengering Drum Dryer

B. Bahan yang diperlukan :
1.Tepung tapioka
2.Enzim α-Amilase
3.HCl

C. Langkah-langkah pembuatan :

1. Masukkan 250 kg tepung tapioka ke alat gelatinisasi, tambahkan air sebanyak 40% (100 ltr) dan diaduk dengan kecepatan 40 -50 rpm. Proses ini sekaligus pemanasan dengan suhu 90-100°C selama 1 jam.

2. Proses berikutnya hidrolisis dengan menambahkan 10 ml asam klorida (HCl) 32%. Asam itu diencerkan dengan 4 ltr air, diaduk selama 2-3 jam denngan kecepatan 40-50 rpm sehingga menghasilkan pH 6-7.

3. Proses hidrolisis bisa juga dilakukan dengan menambahkan enzin alfa amilase sebanyak 0,1% dengan pengadukan selam 2-3 jam. Hasil yanng diperoleh berupa dekstrin dengan nilai DE (Dextrose Equivalen) 8.

4. Jika menginginkan nilai DE lebih tinggi, hidrolisis dilanjutkan lagi dengan penambahan 1 cc HCl dengan waktu pengadukan 2-3 jam dengan kecepatan 40-50 rpm.

5. Larutan dipindahkan menggunakan pipa ke tabung evaporasi. Di tabung evaporasi larutan diserap kadar airnya denngan mesin berkekuatan 2,5 pk dan laju aliran 10 liter/30 menit. Jadilah larutan dextrin.

6. Larutan dextrin yang kental tersebut dibuat menjadi bubuk dengan cara dikeringkan dengan pengering semprot atau spray dryer. Sekali masuk 20-25 liter dekstrin dan menghasilkan 8-10 kg bubuk dextrin / jam.

7. Ukur kadar DE pada dextrin tersebut. Beri 2 tetes larutan metilen blue pada dekstrin yang telah diberi air, setelah warna biru terbentuk larutan dextrin dititrasi dengan larutan fehling hingga warna biru hilang, jumlah larutan fehlaing yang digunakan untuk menghilangkan menjadi dasar penentuan DE (nilai DE yg dikehendaki konsumen 8-30), makin tinggi nilai DE makin bagus, berarti dextrin tersebut makin mudah diaplikasikan untuk campuran/bahan baku produk.

Beberapa Varietas Padi (Oryza sativa) Unggul

Beberapa Varietas Padi (Oryza sativa) Unggul

1. Bestari. Varietas yang dilepas Batan pada 28 Juli 2008 itu memiliki produktivitas rata-rata 6,56 ton/ha dengan potensi hasil 9,42 ton/ha. Bestari tahan wereng cokelat biotipe 2 dan 3, hawar daun strain III, agak tahan strain IV, dan tahan rebah. Nasi pulen, kadar amilosa 20,62%. Bestari cocok dibudidayakan di sawah dataran rendah hingga ketinggian 700 m dpl, umur panen 115-120 hari.

2. Hipa 7. Varietas padi hibrida tahan virus tungro. Produktivitas rata-rata 7,6 ton/ha, dengan potensi hasil 10% lebih tinggi ketimbang ciherang, 11,4 ton/ha. Nasi pulen, kadar amilosa 24%.Hipa 7 dilepas Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (BB Padi) dan PT DuPont Indonesia pada 2009. Varietas unggul itu bagus ditanam di daerah marginal, umur panen 112 hari.

3. Hipa 8 pioneer. Padi hibrida agak tahan hawar daun strain IV. Produktivitas rata-rata 7,5 ton/ha dengan potensi hasil 10,4 ton/ha. Nasi pulen, kadar amilosa 22,7%. Hipa 8 dirilis BB Padi dan PT DuPont Indonesia pada 2009 dengan umur panen 115 hari.

4. Inpari 1. Inpari 1 merupakan perbaikan dari varietas IR64. Varietas itu lebih tahan wereng cokelat biotipe 2 dan agak tahan biotipe 3. Selain itu inpari juga tahan hawar daun strain III, IV, dan VIII. Produktivitas rata-rata 7,32 ton/ha dengan potensi hasil 10 ton/ha. Nasi pulen, kadar amilosa 22%. Inpari merupakan singkatan inbrida padi sawah irigasi. Varietas inpari terdiri dari inpari 1-6 yang dirilis oleh BB Padi pada 2008. Inpari 1 cocok ditanam di sawah dataran rendah hingga ketinggian 500 m dpl, umur panen 108 hari.

5. Inpari 2. Lebih tahan virus tungro. Produktivitas rata-rata 5,83 ton/ha dengan potensi hasil 7,3 ton/ha. Agak tahan hawar daun strain III. Nasi pulen, kadar amilosa 18,55%. Cocok ditanam di sawah beririgasi di dataran rendah hingga ketinggian 600 m dpl, umur panen 115 hari.

6. Inpari 3. Mutu dan hasil setara ciherang, tetapi lebih tahan wereng batang cokelat biotipe 1 dan 2. Agak tahan hawar daun strain III dan virus tungro. Produktivitas rata-rata 6,05 ton/ha dengan potensi hasil 7,52 ton/ha. Nasi pulen, kadar amilosa 20,57%. Inpari 3 bagus dibudidayakan di sawah beririgasi di dataran rendah hingga ketinggian 600 m dpl, umur panen 110 hari.

7. Inpari 4. Mutu dan hasil persis ciherang, tetapi lebih tahan hawar daun strain IV. Inpari 4 agak tahan wereng batang cokelat dan virus tungro. Produktivitas rata-rata 6,04 ton/ha dengan potensi hasil 8,8 ton/ha. Nasi pulen, kadar amilosa 21,07%. Cocok ditanam di sawah beririgasi di dataran rendah hingga ketinggian 600 m dpl, umur panen 115 hari.

8. Inpari 5. Lebih tahan wereng batang cokelat biotipe 1, 2, dan 3. Kandungan besi pada beras pecah kulit lebih tinggi daripada varietas ciherang. Agak tahan hawar daun strain III. Produktivitas rata-rata 5,74 ton/ha dengan potensi hasil 7,2 ton/ha. Nasi pulen, kadar amilosa 23,91%. Cocok ditanam di sawah beririgasi di dataran rendah hingga ketinggian 600 m dpl, umur panen 115 hari.

9. Inpari 6. Potensi hasil tinggi, 12 ton/ha, produktivitas rata-rata 6,82 ton/ha. Nasi sangat pulen, kadar amilosa 18%. Tahan wereng batang cokelat biotipe 2 dan 3, serta tahan hawar daun strain III, IV, dan VIII. Inpari 6 cocok dibudidayakan di sawah beririgasi di dataran rendah hingga ketinggian 600 m dpl, umur panen 118 hari.

10. Inpara 1. Produktivitas tinggi, rata-rata di rawa lebak 5,65 ton, rawa pasang surut 4,45 ton/ha. Potensi hasil mencapai 6,47 ton/ha. Nasi pera, kadar amilosa 27,93%. Tahan hawar daun dan blas, agak tahan wereng batang cokelat biotipe 1 dan 2. Toleran terhadap keracunan besi dan aluminium. Inpara singkatan inbrida padi rawa-khusus ditanam di lahan rawa. Varietas ini terdiri dari inpara 1-3 yang juga dirilis oleh BB Padi. Inpara 1 baik ditanam di daerah rawa lebak dan pasang surut.

11. Inpara 2. Toleran terhadap keracunan besi dan aluminium. Tahan hawar daun dan blas, agak tahan wereng batang cokelat biotipe 1 dan 2. Produktivitas rata-rata di rawa lebak 5,49 ton/ha, rawa pasang surut 4,82 ton/ha. Potensi hasil 6,08 ton/ha. Nasi pulen, kadar amilosa 22,05%. Inpara 2 cocok ditanam di daerah rawa lebak dan pasang surut.

12. Inpara 3. Pada fase vegetatif agak tahan rendaman selama 6 hari dan toleran keracunan besi dan aluminium. Tahan blas dan agak tahan wereng batang cokelat biotipe 3. Produktivitas rata-rata 4,6 ton/ha dengan potensi hasil 5,6 ton/ha. Nasi pera, kadar amilosa 28,6%. Inpara 3 cocok dibudidayakan di daerah rawa lebak, rawa pasang surut, dan di sawah irigasi yang rawan banjir.

13. Sembada B3. Padi hibrida berproduktivitas tinggi, rata-rata 9,3 ton/ha, potensi hasil 12,4 ton/ha. Tahan hawar daun strain III dan agak tahan wereng batang cokelat biotipe 1. Nasi pulen. Sembada B3 dirilis oleh Biogene dan Pertani pada 2008.

Mempercepat Panen Raya Cengkeh

Melejitnya harga cengkeh di pasaran tak urung membuat petani yang tadinya acuh kini kembali melirik dan mengusahakannya secara besar-besaran. Namun, harapan untuk bisa menangguk untung tiap tahun harus berhadapan dengan kendala tidak optimalnya panen raya cengkeh setiap tahun. Penggunaan NPK Grand-S yang diberikan secara teratur dan seimbang ternyata mampu mengurangi interval waktu panen raya setiap tahunnya sehingga harapan menangguk untung setiap tahun itu kini dapat terobati dengan adanya NPK Grand S-15.

Cengkeh Eugenia aromatica ini adalah salah satu komoditi perkebunan yang memiliki peranan penting dalam dunia perdagangan saat ini. Tidak kurang dari industri kecil sampai besar yang meliputi industri pabrik rokok, kosmetika, parfum, maupun rempah - rempah sangat membutuhkan komoditas ini. Selain untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri yang semakin meningkat, komoditas cengkeh dari Indonesia juga ditujukan untuk memenuhi permintaan pasar luar negeri.

Kenyataan tersebut telah memberikan rangsangan bagi para petani khususnya petani cengkeh terutama di wilayah Sulawesi seperti Sulawesi Utara, Tengah, Selatan dan Tenggara untuk kembali memperhatikan tanaman cengkehnya yang pernah terlupakan bahkan pernah dimusnahkan. Bagaimana tidak menggiurkan? penanaman cengkeh yang biasanya menggunakan jarak tanam 5 x 5 meter atau 4 x 4 meter, dimana satu pohon cengkeh mampu menghasilkan 4 – 8 kg kering dengan kadar air berkisar antara 12 – 15%, maka dalam satu hektar lahan yang berarti kurang lebih 625 populasi, bisa menghasilkan pendapatan Rp. 187.500.000,- (asumsi panen satu pohon rata-rata adalah 6 kg, dengan tingkat harga rata-rata Rp. Rp.50.000/kg).
Panen raya cengkeh yang normal hanya dapat terjadi pada interval 2-4 tahun sekali

Tidaklah mengherankan bila banyak petani yang mendapat keuntungan berlipat dari penanaman cengkeh ini. Keadaan ini sungguh kontras dengan saat cengkeh masih ditangani BPPC, dimana para petani cengkeh saat itu sangat dirugikan bahkan dengan sangat terpaksa menebangi pohon-pohon cengkehnya dan mengganti dengan tanaman baru.

Keuntungan yang didapatkan ini tentu saja tidak terlepas dari peran keberhasilan tanaman cengkeh dalam menghasilkan bunga dan buah, rendahnya pasokan cengkeh dalam negeri serta situasi ekonomi yang kondusif (dalam arti meskipun nilai pertukaran rupiah dengan dolar merugikan sektor lain, namun memberikan keuntungan pada sektor lain yang diekspor ke luar negeri). Tanpa itu, maka mustahil keuntungan tersebut dapat kita raih. Keberhasilan penanaman cengkeh sangat dipengaruhi oleh faktor dalam (internal) dan faktor luar (eksternal). Salah satu faktor internal yang turut mempengaruhi adalah munculnya bunga cengkeh.

Bila dihitung sejak pembibitan, cengkeh Zanzibar mulai berbunga pada umur 6 – 7 tahun sedangkan type Sikotok dan Siputih akan berbunga 7 – 8 tahun. Cepat lambatnya pohon cengkeh berbunga erat kaitannya dengan ketinggian tempat dari permukaan laut. Dimana semakin rendah ketinggiannya, maka akan semakin cepat pohon cengkeh tersebut berbunga dan sebaliknya. Bunga cengkeh ideal yang bisa dipanen adalah bunga yang timbul pada umur enam bulan dengan waktu pemetikan pada saat sebelum bunga mekar. Bila pemetikan terlambat yaitu pada saat bunga cengkeh sudah mekar, maka akan mengurangi kualitas cengkeh yang dihasilkan. Hal ini karena pada saat tersebut cengkeh yang dipetik sudah tidak ada kepalanya dan sebaliknya bila dilakukan pemetikan terlalu awal akan mengurangi kualitas cengkeh yang disebabkan oleh rendahnya tingkat rendemen.

Di beberapa areal cengkeh yang berhektar-hektar, ada yang dinamakan dengan istilah Panen Raya Cengkeh dan Panen kecil. Biasanya ini terdapat di daerah yang memiliki areal cengkeh yang luas dengan populasi yang tinggi. Panen Raya atau Panen besar ditandai dengan pembungaan lebat yaitu sekitar 90% atau lebih dari seluruh pucuknya telah berbunga dan jumlah bunga setiap rumpun sangat banyak. Sedangkan panen kecil ditandai dengan pembungaan yang kurang dari 50% -nya. Namun demikian, hal itu tentu saja tidak dapat dijadikan patokan bila kita memiliki pohon cengkeh yang sedikit. Bisa saja pada saat panen raya ternyata jumlah bunga yang keluar sedikit yang disebabkan oleh penyakit, hama maupun faktor cuaca. Sehingga dalam hal ini kita dapat melihat keseragaman tanaman cengkeh kita saat berbunga dalam menentukan kapan saatnya yang tepat untuk panen.
     
Kenyataan yang terjadi di lapangan adalah bahwa panen raya ini hanya terjadi 2 – 4 tahun sekali. Interval waktu tersebut bisa saja lebih lama lagi bila didukung dengan musim kemarau yang berkepanjangan. Menurut Toyib hadiwijaya (1982) mengungkapkan bahwa bila indeks produksi di tahun panen besar atau panen raya diberikan angka 100, maka panen kecil berikutnya akan menunjukkan indeks produksi : 60 – 70 % untuk tipe Zanzibar, 10 – 30 % untuk type Sikotok, dan 0 - 20 % untuk tipe Siputih. Keadaan demikian tentu saja sangat riskan bagi petani yang ingin segera menikmati hasilnya.

Persoalannya akan menjadi lain ketika disaat panen raya ternyata hasil yang kita dambakan dan kita tunggu tidak sesuai harapan. Sering didapatkannya bunga cengkeh yang hampa yang me-nye-babkan rendemen hasil menjadi rendah, merupakan salah satu gangguan yang sering didapatkan petani cengkeh.
Kasus tersebut mengundang beberapa peneliti untuk melakukan serangkaian riset yang berkaitan dan setelah dilakukan pengujian, ternyata penyebab bunga cengkeh yang hampa tersebut erat kaitannya dengan pemupukan, dalam hal ini pemupukan nitrogen, phospat dan kalium. Dari beberapa studi literatur yang telah dilakukan, disebutkan bahwa pemupukan yang cukup yang diimbangi dengan pemberian air di musim kemarau akan dapat mengurangi turunnya produktivitas akibat panen kecil.
     
Berdasarkan penyataan diatas, maka timbul suatu pertanyaan mengapa tanaman cengkeh panen rayanya hanya dapat dilakukan 2-4 tahun sekali? Untuk menjelaskan hal ini, beberapa prinsip dasar agronomi dan fisiologis tanaman dapat menjelaskan permasalahan tersebut, dimana panen raya cengkeh yang dicirikan dengan pembungaan diatas 95% akan menyebabkan beberapa hal diantaranya : (1) kerusakan pada pucuk-pucuk daun yang akan memberikan efek pada ketidakseimbangan tajuk pohon cengkeh. (2) tanaman cengkeh akan mengalami kekurangan energi akibat tingkat serapan energi yang tinggi saat pembungaan panen raya. Energi yang dimaksud disini adalah energi berupa ATP dan ADP, dimana
     
ATP atau Adenosin Tri Phosphat merupakan senyawa organik yang kaya energi dan diperoleh melalui pengubahan ADP (Adenosin Diphosphat) dalam proses fosforilasi dengan bantuan cahaya matahari. Disini jelas terlihat bahwa ternyata permasalahan panen raya juga erat kaitannya dengan keterbatasan energi dan kerusakan pada pucuk. Adanya luka/kerusakan pada jaringan daun ini pada saat panen raya secara tidak langsung akan menyebabkan energi yang ada terkuras. Energi tanaman yang berupa ADP dan ATP ini tidak selalu tersedia secara optimal padahal pada fase proses pembentukan bunga besar-besaran (90%) dan penutupan luka tersebut sangat dibutuhkan energi yang sangat besar. Adanya keterbatasan energi yang ada yang terserap ini tentu saja berimplikasi pada proses pembungaan tahun berikutnya yang tidak lagi optimal (dibawah 50%).
     
Bertolak dari asumsi bahwa pemupukan merupakan alternatif utama untuk mengatasi ketersediaan energi pada ATP dalam tubuh tanaman, telah dilakukan percobaan pemupukan secara sederhana dengan menggunakan pupuk Grand-S 15 yang dilakukan dengan menggunakan dosis 1,5 kg per pohon cengkeh setiap selang 4 bulan selama dua tahun. Pemberian pupuk dilakukan dengan cara dibenamkan di sekeliling tanaman cengkeh sesuai lebar tajuk. Percobaan yang dilakukan di areal pertanaman cengkeh Kec. Tomohon, Kab. Minahasa Propinsi Sulawesi Utara ini menggunakan sampel 50 buah.
Hasil studi di lapangan menunjukkan bahwa perlakuan NPK Grand-S sebanyak 1,5 kg per pohon cengkeh yang sudah berumur 4 tahun keatas memberikan respon positif. Dimana terdapat perbedaan yang nyata antara tanaman yang dipupuk Grand S-15 dengan tanaman yang tidak dipupuk. Pada tanaman yang mendapat perlakuan Grand S-15 didapatkan hasil bahwa panen raya yang ditandai dengan dominasi pembungaan secara besar-besaran dapat dilakukan setiap tahun dengan prosentase pembungaan berkisar antara 70 – 80%. Meskipun percobaan ini dilakukan tanpa menggunakan kontrol sebagai pembanding, namun tanaman cengkeh yang lain tanpa menggunakan Grand-S-15 menunjukkan angka tingkat prosentase pembungaan yang rendah yaitu hanya mencapai 30 – 40% saja.

Peranan Grand S-15 dalam pembentukan protein dan asam nukleat
     
Berdasarkan hasil percobaan sederhana tersebut, dapat disimpulkan bahwa pupuk NPK Grand-S-15 ini dapat mensubstitusi kebutuhan energi dalam bentuk ATP dan ADP setiap saat pada tanaman cengkeh sehingga mampu mengurangi interval panen raya dari 2 – 4 tahun menjadi hampir setiap tahun.
Pupuk NPK Grand-S ini terdiri dari tiga unsur makro utama yaitu Nitrogen (N), Phospor (P) dan Kalium (K) dengan kandungan berimbang yaitu N = 15%, P = 15% dan K = 15%. Disini perlu kami jelaskan secara teoritis bagaimana mekanisme biokimia dari tiap-tiap unsur baik N, P maupun K dalam Grand-S sehingga menjadi informasi mengapa pupuk Grand-S ini dapat mengurangi interval waktu panen raya atau dengan kata lain dapat mempercepat waktu panen cengkeh.

Nitrogen (N)
     
Djayadirana (2000) mengungkapkan bahwa Nitrogen merupakan zat lemas sebagai unsur penting bagi pertumbuhan tanaman khususnya dalam pembentukan atau pertumbuhan bagian-bagian vegetatif tanaman seperti daun, batang dan akar. Semakin tinggi kadar nitrogen, maka semakin cepat pula sintesis karbohidrat yang terjadi. Tanaman menyerap unsur N dalam bentuk NO3- dan NH4+. namun ion mana yang diserap lebih dahulu tergantung dari keadaan pH tanah. Pada pH diatas 7, maka ion NH4+ yang lebih cepat diserap, sedangkan bila kondisi tanah mempunyai pH dibawah 7, maka justru ion NO3- lah yang lebih cepat diserap oleh tanaman. Hal ini disebabkan karena pada pH diatas 7 (basa) terdapat ion OH- sehingga saling bersaing dengan ion NO3- yang sama-sama memiliki muatan negatif. Sebaliknya pada pH rendah dengan tanah bersifat asam banyak terdapat ion H+ yang akan bersaing dengan NH4+ yang sama-sama memiliki muatan positif, sehingga peluang ion NO3- lebih besar untuk diserap. Manfaat unsur N bagi pertumbuhan dan produksi tanaman adalah pada pertumbuhan vegetatifnya. Peran N dalam pupuk NPK Grand-S dapat dijelaskan pada gambar 1.
     
Protein dan asam nukleat yang dibentuk oleh N dalam pupuk Grand-S tersebut digunakan untuk pengisian inti sel yang terus membelah diri menjadi ber-kembang dua kali lipat, dan seterusnya. sehingga pertumbuhan vegetatif tanaman berjalan secara normal. Keadaan inilah yang bisa menutupi dan mengganti pucuk-pucuk yang rusak saat panen raya dalam waktu yang singkat, sehingga siap untuk proses pembungaan selanjutnya.

Phospor (P)
     
Phospor merupakan unsur makro yang dibutuhkan tanaman untuk menyusun protoplasma dan inti sel. Unsur ini diserap oleh tanaman dalam bentuk H2PO4- dan HPO42-. Fungsi utama dari unsur ini adalah mempercepat pertumbuhan akar semia, mempercepat dan memperkuat pertumbuhan tanaman muda menjadi dewasa, mempercepat pembungaan dan pemasakan biji, dan meningkatkan produksi biji. Dari ketiga macam ion tersebut, yang paling mudah terserap akar adalah berupa ion H2PO4-, karena bermuatan satu sehingga tanaman hanya membutuhkan energi yang lebih sedikit dibandingkan ion H2PO4- maupun PO43-. Adapun pentingnya unsur P bagi tumbuhan adalah : (1) sebagai senyawa utama untuk membentuk ATP dan ADP yaitu senyawa yang dihasilkan pada proses respirasi siklus kreb sehingga tanaman mampu melakukan semua aktivitasnya seperti pembungaan, pembelahan sel, pembesaran sel dan transpirasi maupun absorbsi (penyerapan). (2) membentuk DNA dan RNA untuk pembentukan inti sel, (3) membentuk senyawa fosfolipid yang berfungsi dalam mengatur keluar masuknya zat-zat makanan dalam sel. Implikasi dari teori biokimia ini mengarah pada kesimpulan bahwa fungsi P erat kaitannya dengan waktu panen cengkeh. Hal ini disebabkan karena phospor sangat dibutuhkan tanaman cengkeh pada saat mulai berbunga/ proses pembungaan. Sehingga wajar bila pada fase ini kekurangan unsur P akan mengakibatkan proses pembungaan menjadi terhambat.

Kalium (K)
     
Kalium merupakan unsur utama yang dibutuhkan tanaman yang sangat penting perannya dalam pembentukan protein dan karbohidrat, mengeraskan jerami dan bagian kayu, mening-katkan resistensi terhadap hama dan penyakit tanaman serta meningkatkan kualitas biji atau buah. Unsur kalium diserap oleh tanaman dalam bentuk K+. Dalam beberapa sumber, dijelaskan pula bahwa peran K yang penting dalam tanaman diantaranya sebagai elemen penting yang bersifat higroskopis (mudah menyerap dan menahan air) unsur K biasanya terdapat pada stomata daun. Dengan sifatnya yang higroskopis tersebut, Kalium mampu membuat persediaan air yang ada dan dibutuhkan untuk proses transpirasi, fotosintetis, absorbsi, maupun transportasi unsur hara dalam tanaman tersebut menjadi optimal. Dalam hubungannya dengan tanaman cengkeh khususnya pada saat panen raya, unsur kalium ini sangat berperan penting untuk proses fotosintesis. Hal ini karena keberhasilan dalam fotosintesis yang menghasilkan C6H12O6 ini digunakan tanaman untuk meningkatkan produktifitasnya (berbuah lebat) untuk setiap tahunnya. Dalam reaksi kimia saat pembentukan C6H12O6 yang terbentuk dari air dengan CO2 tersebut , supplay Kalium sangat penting. Tanpa ada unsur ini maka pembentukan zat pati pada proses fotosintesis menjadi terhambat akibat tidak adanya unsur yang mampu mengikat dan menahan air yang biasanya dilakukan oleh K.
     
Dengan kandungan unsur N, P dan K yang seimbang yang juga disertai unsur mikro lain sebagai penunjang, maka jelas bahwa pemberian Grand S-15 ini akan membantu mempercepat panen raya tanaman cengkeh. Harapan penulis, semoga tulisan sederhana ini dapat bermanfaat bagi para petani cengkeh khususnya pembaca pada umumnya.

(Ir. Menas Tjionger’s , MS penulis adalah pemerhati pertanian berdomisili di Makassar)

Buah Tanpa Biji dgn Radiasi

Radiasi

Tembakan sinar gamma untuk memperoleh buah tanpa biji bukan hal mustahil. Buktinya sudah ada di tanahair. Dra Ismiyati Sutarto MS, pemulia tanaman di Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN) membuktikannya pada jeruk. Pada April 2003 Ismiyati bersama Dita Agisimanto MP dan Ir Arry Supriyanto MS dari Balai Penelitian Tanaman Jeruk dan Buah Subtropika (Balitjestro) di Batu, Jawa Timur, meradiasi ranting keprok garut, keprok soe, dan pamelo nambangan sepanjang 20 cm yang memiliki 5-6 tunas.
Ranting itu ditembak sinar gamma dengan dosis 0, 20, 40, 60, dan 80 grays. Dua hari berselang, setiap mata tunas dari ranting itu diokulasi ke batang bawah jeruk JC berumur 4 bulan dalam polibag. Penanaman dilakukan di kebun penelitian Balitjestro di ketinggian 950 m dpl. Empat bulan kemudian diketahui tingkat keberhasilan hidup paling besar diperoleh dari mata tunas yang diradiasi sinar gamma 20 grays. Setelah umur 1 tahun, semua tanaman yang hidup ditanam dalam pot beton.
Dari 40 mata tunas keprok soe yang teradiasi sinar gamma 20 grays sebanyak 33 tunas bertahan hidup dan tumbuh menjadi individu. Pada keprok garut tumbuh 47 tanaman dari 52 mata tunas. Sedangkan pada pamelo nambangan dari 21 mata tunas, 20 berhasil tumbuh. Beberapa individu dari mata tunas yang diradiasi 40 dan 60 grays masih bertahan. Sedangkan yang diradiasi sinar gamma 80 grays hampir seluruhnya mati.

4-5 generasi

Pada 2005, jeruk yang terpapar radiasi itu mulai berbuah dan diamati. Buah kemudian dikelompokkan berdasarkan jumlah biji. Keprok garut umumnya berbiji 10-33/buah, keprok soe 12-14 biji/buah, dan pamelo nambangan 65-140 biji/buah. Ternyata radiasi 20 grays melahirkan tanaman dengan buah seedless paling banyak dibandingkan radiasi 40 grays dan 60 grays. Untuk jeruk, dikatakan seedless jika hanya memiliki 0-5 biji per buah.
Pada keprok garut terdapat 14 tanaman dengan jumlah biji 0-5/buah. Keprok soe sebanyak 11 tanaman dan 3 tanaman pada pamelo nambangan. Radiasi sinar gamma 40 grays menghasilkan 1 keprok garut berbiji 0-5/buah, 9 tanaman keprok soe, dan 1 tanaman pamelo nambangan.
Yang menarik dengan radiasi itu tak hanya jeruk tanpa biji yang muncul. Penampilan buah pun berubah. Contohnya pamelo nambangan yang semula berwarna hijau menjadi jingga bersemburat hijau. Ada pula nambangan yang semula berdaging merah menjadi kuning kehijauan.
Tanaman yang menghasilkan jeruk dengan biji hanya 0-5/buah kemudian diokulasi kembali pada batang bawah JC untuk mengetahui tingkat kestabilan. 'Jika dalam 4-5 generasi dihasilkan buah yang tanpa biji, maka dapat dikatakan sifat itu stabil,' kata Dr Ir Hardiyanto MSc, kepala Balitjestro. Sampai saat ini hasil radiasi itu baru teruji 2 generasi di kebun Balitjestro. 'Generasi ke-2 ini menghasilkan 5 kandidat keprok soe seedless dengan jumlah biji 1-5 dan satu kandidat nambangan dengan jumlah biji nol,' kata Baiq Dina Mariana SP, peneliti jeruk dari Balitjestro.

Mudah dan murah

Sukses BATAN dan Balitjestro menghasilkan jeruk tanpa biji itu mendorong Ir Ni Luh Putu Indriyani MP, peneliti dari Balai Penelitian Tanaman Buah (Balitbu) Tropika, Solok, Sumatera Barat, menghasilkan buah tanpa biji lain. Sebut saja duku, manggis, rambutan, durian, dan mangga. Pada pertengahan hingga akhir 2009 Ni Luh mengumpulkan cabang mangga, duku, manggis, durian, dan rambutan untuk diradiasi.
Menurut Ni Luh, teknik dengan radiasi untuk mendapat karakter yang diinginkan sebetulnya peluangnya kecil. Ismiyati menyebut peluang kemunculan 0,1% dari populasi. Makanya jumlah cabang yang diradiasi banyak sehingga peluang munculnya bisa besar. Waktunya pun sangat panjang. Ni Luh mesti menunggu tanaman itu berbuah 4-5 tahun pascapenyambungan, lalu mengujinya pada 3-4 generasi berikutnya atau 8-16 tahun untuk mengetahui tingkat kestabilan. Artinya, mungkin, duku tanpa biji paling cepat muncul pada 2017.
Radiasi oleh BATAN dilakukan dengan alat radiasi irradiation gamma chamber dengan sumber energi cobalt yang terlindung logam timbal, Di Institute of Radiation Breeding, Ibaraki, Jepang, radiasi malah dilakukan di alam terbuka. Sumber radiasi dengan radius 100 m itu dikelilingi bukit sebagai perisainya. Tanaman seperti pir, apel, padi, dan krisan langsung ditanam di gamma field dan mendapat radiasi kronik. Dikatakan kronik karena energi radiasi rendah dan waktu radiasi lama, bisa 8 jam sehari.
Sebetulnya tak hanya peneliti yang dapat menghasilkan buah tanpa biji dengan radiasi. Pekebun pun bisa melakukan ujicoba karena biayanya murah. Biaya sekali penembakan hanya Rp50.000-Rp100.000. Pekebun cukup membawa batang bawah dan ranting buah yang diinginkan ke BATAN. Jumlahnya tergantung ketersediaan yang dimiliki pekebun. Bisa 1, 4, 5, atau 50 ranting, bahkan biji,' kata Ismiyati.

Bahan kimia

Teknik radiasi hanya satu dari banyak cara memperoleh buah tanpa biji. Teknik lain ialah penyilangan, pemberian bahan kimia seperti giberelin, mutasi alam, rekayasa genetika, atau kombinasinya. Contohnya pada 1940-an para ahli Jepang membuat semangka tanpa biji dengan memberikan kolkisin-bersifat melipatgandakan jumlah kromosom.
Menurut Drs Hendro Sunarjono, pakar buah di Bogor, Jawa Barat, caranya dengan menyemprotkan giberelin pada saat bunga mekar. Buah terbentuk membesar jadi buah tanpa biji. Sementara penggunaan giberelin untuk membuat buah tanpa biji dilakukan pekebun anggur di Jepang sejak 1960-an.
Rekayasa genetik atau transformasi gen dilakukan dengan cara, 'Memasukkan suatu gen untuk mengkatalisis pembentukan enzim yang merangsang pembesaran buah,' kata Dr Ragapadmi Purnamaningsih, peneliti di Balai Besar Bioteknologi dan Genetika Pertanian (Balitbiogen), Bogor. Cara itu dilakukan BB-Biogen pada tomat. Selain tak berbiji, anggota famili Solanaceae itu bisa berproduksi optimal di dataran rendah.
Meski peluang munculnya buah dengan sifat yang diinginkan tinggi, tapi teknik itu sulit dilakukan. 'Perlu ahli khusus untuk memasukkan gen tertentu tersebut. Selain itu, biayanya mahal,' kata Dr Endang Gati Lestari, peneliti di BB-Biogen. Beda dengan radiasi yang peluang munculnya acak, tapi lebih mudah dan murah, serta tak ada kontaminasi bahan kimia.

Memperbesar & Memperbanyak Umbi Bawang Merah

Potasium Nitrat Memperbesar dan Memperbanyak Umbi Bawang Merah


Dalam klasifikasinya, tanaman bawang merah termasuk ke dalam family Amarylidaceae, Ordo Liliales. Tanaman ini merupakan tanaman semusim, memiliki umbi yang berlapis (bulb), berakar serabut, dengan daun berbentuk silinder berongga. Pangkal daun yang menyatu membentuk batang yang berubah bentuk dan fungsinya, membesar dan akhirnya membentuk umbi lapis. Jadi dapat dikatakan bahwa umbi bawang merah merupakan umbi semu yang terbentuk dari lapisan-lapisan daun yang membesar dan menyatu. Bukan umbi sebenarnya seperti halnya kentang maupun ubi jalar.

Bawang merah sebagai salah satu sayuran yang digunakan untuk bumbu kini mempunyai peranan yang cukup penting, baik itu untuk rumah tangga, maupun bahan baku industri. Produksi bawang merah saat ini dirasa belum mampu memenuhi permintaan yang ada terutama pada saat menjelang hari-hari besar atau hari raya. Untuk itulah upaya peningkatan produktivitas tanaman bawang merah nasional perlu ditingkatkan. Salah satu upaya meningkatkan produktivitas tanaman bawang merah ini adalah dengan merangsang perkembangan umbi agar tumbuh lebih besar dan lebih banyak. Perlu kita ketahui bahwa keberhasilan budidaya bawang merah sangat ditentukan kemampuan tanaman bawang memproduksi umbi bawang merah dari anakan. Dari satu siung bibit umbi bawang merah yang ditanam , biasanya dapat menghasilkan belasan bahkan puluhan umbi. Untuk itulah pada budidaya tanaman bawang merah lebih dikonsentrasikan pada pengembangan bagian umbinya.

Bila kita melihat proses serta mekanisme pembentukan umbinya, ada dua unsur penting yang harus kita perhatikan yaitu unsur Nitrogen dan Kalium. Nitrogen merupakan unsur esensial yang sangat dibutuhkan tanaman terutama untuk perkembangan daun, meningkatkan warna hijau daun serta pembentukan cabang. Sedangkan Kalium atau Potassium berfungsi dalam pembentukan gula dan pati sintesis protein, katalis bagi reaksi enzimatis, penetral asam organik serta berperan dalam pertumbuhan jaringan meristem. Pemberian kedua unsur tersebut secara tepat sangat membantu proses pembentukan umbi bawang merah.

Potasium nitrat Grand-K adalah salah satu jenis pupuk majemuk yang memiliki kedua unsur tersebut secara tepat. Pupuk ini biasanya diformulasikan dalam dua bentuk yaitu prill dan kristal. Potasium nitrat penggunaannya dalam pertanian lebih dikenal sebagai kalium nitrat atau biasa disingkat dengan rumus KNO3. Grand-K merupakan pupuk majemuk yang memiliki keunggulan dibandingkan pupuk lainnya. Dimana dengan Grand - K kandungan K2O yang siap diserap tanaman sangat tinggi yaitu 46 persen.
Selain kandungannya yang tinggi, ternyata sifat penting yang dimiliki oleh KNO3 Grand-K adalah tingkat kelarutannya dalam air yang sangat tinggi sehingga jumlah ion-ion K+ dan NO3- yang dilepaskan banyak tersedia bagi tanaman. Pupuk Majemuk Potasium Nitrat Grand-K sebenarnya tidak hanya bagus untuk bawang merah saja namun juga dapat digunakan pada tanaman lain seperti padi, tomat, melon, semangka, jagung dan lain sebagainya.

Lengkap Kandungan dan Unsurnya
     
Untuk bisa tumbuh berkembang dan berproduksi maksimal, setiap tanaman sangat membutuhkan ketersediaan unsur hara yang mencukupi, tidak terkecuali tanaman bawang merah. Unsur hara yang dibutuhkan pada umumnya terdiri dari 9 unsur hara makro dan 7 unsur hara mikro. Unsur-unsur itulah yang mutlak harus tersedia disamping faktor-faktor lingkungan lain yang mendukung.

Hal ini dapat terpenuhi oleh pupuk KNO3 Grand-K karena selain mengandung hara makro (N=13%, P2O5=0,03%, K=46% dan Ca= 44 ppm) juga mengandung unsur hara mikro seperti Mg 0,05 persen, Na 0,60 persen, Zn 3 ppm, Cu 2 ppm dan Fe 0,04 ppm. Dengan demikian, pupuk majemuk Grand-K cukup lengkap unsur haranya baik yang berupa hara makro maupun hara mikro.

Bila dibandingkan dengan pupuk tunggal seperti halnya urea (CO(NH2)2 maupun KCl, kedua pupuk ini hanya mensuplay unsur hara makro N atau K dan Cl dalam jumlah banyak. Bila pemberiannya terlalu banyak maka akan menyebabkan keasaman tanah (turunnya pH) yang dapat berpengaruh pada penyerapan unsur-unsur hara lain. Selain itu juga dapat menyebabkan toksisitas pada tanaman. Dari kenyataan tersebut dapat terlihat jelas bahwa penggunaan pupuk tunggal seperti Urea, SP-36 dan KCl mempunyai kelemahan yaitu tidak tersedianya unsur hara mikro yang memadai. Karena meskipun unsur hara mikro tersebut dibutuhkan dalam prosentase yang sedikit, tetapi harus tetap tersedia.

Manfaat
     
Sesuai dengan kandungan yang dimilikinya, maka pupuk majemuk Grand –K memiliki manfaat/kegunaan diantaranya : mudah diserap oleh tanaman sehingga pertumbuhan tanaman lebih cepat dan seragam, dapat meningkatkan ketahanan tanaman terhadap serangan penyakit, panen menjadi serentak, dapat mengurangi pembusukan umbi, bebas chlor (Cl) sehingga tidak menyebabkan keracunan keasaman pada tanah, dapat merangsang pembentukan bunga dan kualitas buah serta sel tanaman menjadi lebih rapat sehingga buah menjadi lebih berisi.
     
Karena pupuk Grand-K ini terdapat dua jenis yaitu berbentuk prill dan kristal maka pemakaiannya pun berlainan. Grand-K yang berbentuk kristal mempunyai sifat mudah larut sangat baik bila digunakan pada saat penyemprotan lewat daun. Selain itu dengan kandungan sodium dan chlor yang rendah tidak menyebabkan gejala kebakaran pada daun dan dapat langsung diserap tanaman baik lewat akar maupun daun. Sedangkan untuk Grand-K prill sangat cocok digunakan pada tanaman tahunan yang diaplikasikan lewat tanah. Kelebihan Grand-K prill ini adalah unsur hara K tersedia dalam waktu yang panjang.

Berkaitan dengan hubungannnya dengan perkembangan bawang merah, mengapa KNO3 mampu memperbanyak dan memperbesar umbi? Hal ini erat kaitannya dengan kandungan unsur hara makro yaitu N dan K. Pembentukan umbi bawang merah ini berasal dari pembesaran lapisan daun yang membesar dan menyatu. Pembentukan lapisan daun yang membesar ini terbentuk dari mekanisme kerja unsur N. Dimana unsur N yang terkandung dalam KNO3 Grand-K menyebabkan proses kimia yang menghasilkan asam nukleat (Gambar 1). Asam nukleat inilah yang berperan dalam inti sel pada proses pembelahan sel sehingga pembentukkan lapisan-lapisan daun dapat terbentuk dengan baik yang selanjutnya berkembang menjadi umbi bawang merah.

PROSES REAKSI KIMIA N PADA PUPUK GRAND-K

KNO3 → K* + NO3¯
NO3¯ → NH3 → Asam Amino → Protein → Asam Nukleat & Pembesaran
     
Sedangkan kandungan Kalium yang tinggi yaitu sebesar 46 persen menyebabkan begitu banyaknya ion K+ yang mengikat air dalam tubuh tanaman akan mempercepat proses fotosintesis, sehingga prosesnya menjadi lebih optimal. Implikasinya dengan proses fotosistesis yang optimal akan menyebabkan tanaman tetap segar dan terhindar dari kelayuan. Hasil fotosintesis ini pulalah yang merangsang pembentukan umbi menjadi lebih besar.

Aplikasi
     
Baik jumlah, waktu dan cara pemberian pupuk Grand-K disesuaikan dengan jenis tanaman, umur serta tingkat kesuburan tanah. Biasanya setiap tanaman mempunyai batas-batas kebutuhan unsur hara tertentu agar bisa tumbuh dengan optimal. Bila pupuk Grand-K dimaksudkan sebagai pupuk dasar, maka pemberian sebaiknya dilakukan sebelum tanam dengan mencampurkan terlebih dahulu dengan media tanam. Sedangkan bila diberikan sebagai pemupukan susulan, maka sebaiknya diberikan setiap 3 – 6 bulan sekali (untuk tanaman tahunan). Untuk pengocoran dapat dilakukan dengan dosis 10 gram dalam satu liter air.

(Ir. Menas Tjionger’s, pemerhati pertanian , berdomisili di Ujung Pandang, Sulsel)

Budidaya Singkong Intensif

Budidaya Singkong Intensif
( Manihot utilissima Pohl. )

Singkong memerlukan syarat tumbuh yang ideal sebagai berikut :

1. Iklim
  • Curah hujan antara 1.500-2.500 mm/tahun.
  • Suhu udara minimal sekitar 10ºC.
  • Kelembaban udara optimal antara 60-65%.
  • Sinar matahari sekitar 10 jam/hari.
2. Tanah
  • Struktur tanah remah, gembur, tidak terlalu liat & tidak terlalu porous, kaya bahan organik.
  • Jenis tanah yang sesuai aluvial latosol, podsolik merah kuning, mediteran, grumusol, & andosol.
  • PH tanah berkisar 4,5 – 8, dengan pH ideal 5,8.
3. Ketinggian tempat
  • Ketinggian tempat ideal untuk tanaman ketela pohon antara 10–700 m dpl, sedangkan toleransinya antara 10–1.500 m dpl.

A. Penyiapan Lahan
  • Pengolahan tanah paling baik dilakukan pada saat awal musim penghujan (2 mg sd 3 mg setelah hujan pertama turun), agar kondisi tanah cukup lembab dan mudah diolah. Ada beberapa tahap pengolahan tanah yang harus dilalui :
  1. Tanah digemburkan, bisa dicangkul/dibajak untuk areal yang luas dengan kedalaman 60 cm.
  2. Taburkan pupuk organik (kandang/kompos) pada tanah yang telah dibajak dengan dosis 2 kg/pkk (misal populasi 8.000 pkk/ha, maka pupuk organik yang ditaburkan sebanyak 16 ton/ha).
  3. Siram dengan starter organik/pupuk cair mikro organik (Nasa, Golden Harvest, Hantu dll), dengan dosis 2 lt/ha dan konsentrasi 0,5% (2 lt pupuk cair dilarutkan dalam 400 ltr air /ha).
  4. Tanah dibajak lagi untul mencampur/mengaduk tanah dengan pupuk organik yang telah ditabur dengan kedalaman 40 cm.
  5. Buat bedengan, untuk sistem tanam mata lima + single row (1 bedeng untuk 1 baris tanam), lebar 90 cm dan jarak antar bedeng 20 cm (untuk jarak tanam 1,2 x 1,2 m). Untuk mata lima + double row (satu bedeng untuk 2 baris tanam), lebar 2 m dengan jarak antar bedeng 20 cm (untuk jarak tanam 1,2 x 1,2 m).
  6. Tanah dibiarkan selama 3 hari, setelah itu siap untuk ditanami.

B. Penyiapan Bibit
  • Bibit ketela pohon harus memenuhi syarat sebagai berikut :
  1. Berasal dari tanaman induk yang cukup tua (10-12 bulan).
  2. Pertumbuhan normal, sehat dan seragam.
  3. Batang telah berkayu dan mempunyai diameter > 2,5 cm dan lurus.
  4. Batang tersebut belum ditumbuhi tunas-tunas baru.
  • Sekarang ini sudah banyak penyedia bibit berkualitas, jadi kalau mau petani tinggal membeli bibit siap tanam saja.
  • Ada 2 verietas unggul saat ini yang dapat dipergunakan :
  1. Cimanggu Super, produksi 80-100 ton/ha, jarak tanam 1x1 m, populasi 10.000 pkk/ha, jarak tanam 1 x 1 m mata lima, populasi 11.400 pkk/ha.
  2. Darul Hidayah, produksi sd 200 ton/ha, jarak tanam 1,2 x 1,2, populasi 7000 pkk/ha, jarak tanam 1,2 x 1,2 mata lima, populasi 8000 pkk/
    Kedua varietas ini berasal dari stek batang induk, bukan berasal dari tempelan/okulasi, jadi sifatnya dapat diturunkan (batang lama dapat digunakan lagi).

C.Penanaman

  • Sebelum ditaman, stek singkong mengalami beberapa perlakuan, yaitu :
  1. Rendam pangkal stek dalam larutan starter organik/pupuk cair mikro organik (Nasa, Golden Harvest, Hantu dll), dengan konsentrasi 1% (1 lt pupuk cair dilarutkan dalam 100 ltr air), selama 3-4 jam.
  2. Tanam stek dengan berpedoman pada pancang tanam, paling efisien digunakan sistem tanam mata lima + double raw (space yang ada untuk parit dan tanah pembuatan parit tersebut dapat dipakai untuk guludan atau bedengan). Untuk jarak tanam 1,2 x 1,2 m, populasi 7500 pkk.
  3. Tanam stek dengan 1/3 bagian stek tertimbun tanah. Awas jangan terbalik !

D.Pemupukan
  • Waktu dan dosis pemupukan dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Jenis Pupuk Waktu Aplikasi Pemupukan Total
15 HST Bln ke-2 Bln ke-3 Bln ke-4 Bln ke-5 Bln ke-6
Urea (kg/ha) 25 - 25 - 50
100
TSP (kg/ha) 100 - - - -
100
KCI (kg/ha) 25 - 50 - 75
150
Total Pupuk 150 0 75 0 125 0 350
Starter Mikro
2 ltr/ha (0,5%)
2 ltr/ha (0,5%)
2 ltr/ha (0,5%) 6 ltr/ha (0,5%)
  • Aplikasi pupuk hendaknya dilakukan pada saat kondisi tanah lembab dan tidak kering terutama aplikasi pupuk urea dan starter mikro, agar pupuk dapat diserap optimal oleh tanaman. Aplikasi KNO3 (Kalium nitrat) dapat dilakukan sebagai pengganti pupuk Urea dan KCI, Aplikasinya dilakukan di bulan ke 3 dan 5, dengan dosis sama dengan dosis total kedua pupuk diatas.

E. Perawatan
  • Tanaman singkong pada dasarnya hanya memerlukan 5 macam perawatan, yaitu :
  1. Penyulaman. Bibit yang mati/abnormal harus dicabut dan diganti dengan bibit baru. Penyulaman dilakukan pada minggu ke-1/ke-2 setelah tanam, lakukan pada pagi/sore hari ketika cuaca tidak terlalu panas. Rotasinya 1 x tiap periode tanam.
  2. Penyiangan. Pengendalian gulma dilakukan pada bulan ke-1, ke-3, dan ke-6, sebelum aplikasi pupuk.
  3. Pembubunan. Dilakukan untuk menggemburkan tanah di sekitar tanaman, sambil memperbaiki bedengan/guludan yang ada, bila tanah disekitar tanaman terkikis terkena hujan sehingga perlu dilakukan pembubunan agar akar tidak kelihatan. Pembubunan dilakukan bersamaan dengan penyiangan sehingga menghemat biaya. Pantangan dalam budidaya tanaman berumbi, akar sama sekali tidak boleh kelihatan ! Pembubunan dilakukan di bln ke-3 sebelum aplikasi pupuk.
  4. Pemangkasan. Pemangkasan/perempelan tunas dilakukan dengan memotong ujung tanaman (membuang daun yg muda) yang bertujuan membentuk cabang/tunas baru dengan jumlah 2-3 cabang. Agar tunas tersebut dapat digunakan lagi pada musim tanam berikutnya. Pemangkasan dilakukan pada bulan ke-4.
  5. Pengairan. Kondisi lahan awal tanam sd 5 bulan hendaknya selalu dalam keadaan lembab, tidak terlalu becek. Pada tanah yang kering perlu dilakukan penyiraman dan pengairan. Sistem yang baik digunakan adalah genangan sehingga air dapat sampai ke daerah perakaran secara resapan. Pengairan dengan sistem genangan dapat dilakukan dua minggu sekali dan untuk seterusnya diberikan berdasarkan kebutuhan apabila mengalami musim kering yang cukup panjang (3 minggu tidak hujan) yang terjadi pada periode usia tanaman dibawah 5 bulan.

F. OPT dan Penanggulangannya
  • Beberapa jenis OPT (Organisme Pengganggu Tanaman) yang mengganggu tanaman singkong adalah :
  1. Hama Uret (Xylenthropus). Ciri: berada dalam akar dari tanaman. Gejala: tanaman mati pada yg usia muda, karena akar batang dan umbi dirusak. Pengendalian: bersihkan sisa-sisa bahan organik pada saat tanam dan atau mencampur insektisida berbahan aktif Karbofuran/Karbosulfan pada saat pengolahan lahan
  2. Hama Tungau Merah (Tetranychus bimaculatus). Ciri: menyerang pada permukaan bawah daun dengan menghisap cairan daun tersebut. Gejala: daun akan menjadi kering. Pengendalian: menanam varietas toleran dan menyemprotkan air yang banyak.
  3. Penyakit Bercak Daun Bakteri (Xanthomonas manihotis). Disebut juga Cassava Bacterial Blight/CBG. Gejalanya muncul bercak-bercak pada sudut daun lalu melebar dan mengakibatkan daun kering yang akhirnya mati. Pengendaliannya dengan menanam varietas yang tahan, memotong atau memusnahkan bagian tanaman yang sakit, melakukan pergiliran tanaman dan sanitasi kebun
  4. Penyakit Bercak Daun Coklat (Cercospora heningsii). Penyebab: cendawan yang hidup di dalam daun. Gejala: daun bercak-bercak coklat, mengering, lubang-lubang bulat kecil dan jaringan daun mati. Pengendalian: melakukan pelebaran jarak tanam, penanaman varietas yang tahan, pemangkasan pada daun yang sakit serta melakukan sanitasi kebun.
  5. Penyakit Bercak Daun Konsentris (Phoma phyllostica). Penyebab: cendawan yang hidup pada daun. Gejala: adanya bercak kecil dan titik-titik, terutama pada daun muda. Pengendalian: memperlebar jarak tanam, mengadakan sanitasi kebun dan memangkas bagian tanaman yang sakit
  6. Penyakit Layu Bakteri (Pseudomonas solanacearum E.F. Smith). Ciri: hidup di daun, akar dan batang. Gejala: daun yang mendadak jadi layu seperti tersiram air panas. Akar, batang dan umbi langsung membusuk. Pengendalian: melakukan pergiliran tanaman, menanam varietas yang tahan seperti Adira 1, Adira 2 dan Muara, melakukan pencabutan dan pemusnahan tanaman yang sakit berat.
  7. Gulma. Pada dasarnya pengendalian gulma untuk singkong paling baik adalah dengan manual (mencabut gulma sampai ke akarnya/penyiangan). Pengendalian kimiawi dikhawatirkan dapat mengenai dan merusak tanaman serta berpengaruh terhadap pertumbuhan dan kandungan umbi. Pengendalian kimiawi dapat dilakukan untuk gulma yang tumbuh di parit. Gulma yang tumbuh umumnya dari jenis daun sempit dan daun lebar, jadi mengatasinya dapat digunakan herbisida yang berbahan aktif Isopropil Amina Gliphosate (IAG) dan Metil Metsulfuron (MM) dengan mencampur keduanya, konsentrasi untuk campurannya adalah IAG 0,4% dan MM 0,02%.

G. Panen
  • Singkong dapat dipanen pada saat pertumbuhan daun bawah mulai berkurang. Warna daun mulai menguning dan banyak yang rontok. Umur panen tanaman singkong dapat mencapai 6–8 bulan untuk varietas Genjah, dan 9–12 bulan untuk varietas Dalam.

S-e-l-a-m-a-t B-e-r-k-e-b-u-n